Cerita ini merupakan pengalaman saya saat masih mengemban
gelar sebagai mahasiswa psikologi.
Berawal dari pemahaman dari masyarakat menganai ilmu
psikologi yang sampai akhirnya membuahkan pertanyaan-pertanyaan yang
membingungkan dan membuat tersenyum kecut.
Mungkin juga banyak dialami oleh teman-teman mahasiswa
psikologi yang senasib dengan saya.
1. Disamakan Dengan Ilmu Perdukunan
Pengalaman
ini sering kali terjadi jika bertemu dengan orang-orang yang baru kita kenal,
biasanya saat menggunakan angkutan umum atau sedang berada di khalayak umum dan
akhirnya kita membuka pembicaraan dengan orang baru untuk memecah kebosanan.
Lalu
akan muncul beberap pertanyaan
“wah
bisa liat masa depan saya dong?”,
“wah
bisa baca pikiran orang ya?”
Beberapa
orang mungkin akan menyodorkan telapak tangannya untuk kita baca guratan garis
yang ada.
Nah
kalo gini apa bedanya pertanyaan ke peramal dan mbah-mbah dukun?
Saya
akan sedikit jelaskan kalo Psikologi itu berbeda dengan ilmu perdukunan, karena
pada intinya psikologi itu ilmu tentang jiwa yang mempelajari perilaku seorang
manusia. Bukan tiba-tiba tau apa yang akan terjadi tanpa sebab-musabab apapun.
2. Diminta Menebak Karakter Seseorang
Saat
orang yang baru tahu jika kita mahasiswa psikologi memang ada-ada aja
pertanyaan super yang siap menghujam pemikiran kita untuk memberikan jawaban
segera.
Saat
itu dalam perjalanan menuju kota pelajar tak enak rasanya hanya berdiam diri,
maka saya ber inisiatif membuka pembicaraan yang diawali dengan perkenalan dan
membuka latar belakang saya yang salah satunya adalah mahasiswa psikologi,
tiba-tiba lawan bicara membenahi duduknya dan dengan wajah yang penuh harap
menanyakan
“tau dong saya orangnya kaya apa?”
Woooooo… apa jawabanmu wahai mahasiswa psikologi?
Mau
ga mau kita harus jelasin dalam menentukan karakter seseoraang tak semudah itu,
harus melalui beberapa tes dulu ya. Tapi ga mungkin dong ngejelasin se-jelimet
itu. Untuk lebih mudahnya bisa di guyonin aja yang baik-baik biar dapet pahala.
3. Dipandang Dewasa / Ngemong Banget Auranya
Ini
pengalaman yang endingnya harus pasrah dan menjalankan amanah dengan
sebaik-baiknya.
Semasa
awal program kerja nyata (KKN) saya dipertemukan dengan tim baru dari latar
belakang jurusan yang berbeda-beda, pada saat pemilihan ketua unit berlangsung
muncul berbagai pernyataan yang unik
“mase
aja yang jadi ketua kan dari psikologi”
“mahasiswa psikologi kan peka, jadi enak kalo ada masalah nantinya”
“ iya mahasiswa psikologi kan lebih nuoni, cepet nyelesaikan masalah”
Dengan berbgai pernyataan tersebut akhirnya saya nyerah ngeles, dan menerima posisi ketua unit dengan berat hati. Namun dengan adanya kabar dari unit lain jika setiap ketuanya adalah mahasiswa psikologi saya jadi lega menerima takdir ini.
4. Bisa Hipnotis
Jika
ditanya mau belajar hipnotis? Pasti jawabanya mau banget, tapi hipnotis atau
bisa dikenal dengan hipnotherapy tidak menjadi salah satu mata kuliah yang
ditawarkan pada mahasiswa psikologi. Jadi wajar ya jika sebagian besar
mahasiswa belum bisa hipnotis, adapun yang bisa kemungkinan mengikuti pelatihan
khusus hipnotis yang biayanya cukup menguras uang saku.
Minat
masyarakat dewasa ini terhadap hipnotis mungkin salah satunya di pengaruhi oleh
tanyangan televise yang banyak memperlihatkan dengan mudahnya orang-oarang melakukan
hipnotis sehingga dapat mengen dalikan atau mengintrogasi seseorang. Jadi santai
saja tak perlu takut karena kami mahasiswa psikologi belum dilengkapi dengan kemampuan
itu, kalaupun ada yang bisa itu bonus hehe.
5. Kerjaannya Ngurusin Orang Gila
Kegundahan
terus berlanjut sampai tiba pada menjelang kelulusan, akan muncul berbagai
pertanyaan
“jurusan psikologi kerja apa ya?”
“wah kerjanya ngurusin orang yang ga waras ya?”
“mau daftar ke rumah sakit jiwa mana?”
Kesabaran
dan sedikit senyuman perlu dihadirkan untuk menjawab pertanyaan ini, karena
sebenarnya banyak pekerjaan yang membutuhkan jurusan psikologi seperti HRD,
Manager, Trainner, dan lain sebagainya.
Tidak ada komentar:
Write komentar"Terimakasih sudah membaca blog saya, silahkan tinggalkan kesan"