anak-anak bermain di sekitar masjid tuo kayu jao |
Berawal dari rasa penasaran saya melihat banyaknya foto
berseliweran dijejaring sosial, yang memperlihatkan kalo di Sumatera Barat ada
masjid tertua dengan bentuk masih dijaga keaslianya hingga saat ini. Nah
belakangan ini saya baru tau kalo namanya adalah Masjid Tuo Kayu Jao.
Perjalanan ditempuh dari kota Padang dengan estimasi waktu kurang lebih 2 jam. Bagi kamu yang masih baru mengunjungi Sumatera Barat dan ga tau nama-nama daerahnya bisa cek google map disini saja, karena destinasi wisata ini sudah terdaftar di google map, dan lokasinya akurat.
Diberi nama Masjid Tuo Kayu Jaou karena masjid ini usia lebih dari 400 tahun, sehingga masyarakat setempat menyebutnya Masjid Tuo (masjid tua), dan karena lokasinya yang berada di dusun Kayu Jao, maka namanya digabung menjadi Masjid Tuo Kayu Jao.
Rute yang dilalui menuju masjid tidak akan membuatmu bosan diperjalanan. Kamu akan dimanjakan dengan udara yang sejuk perbukitan, dan hamparan kebun teh yang menghijau di kiri-kanan jalan.
Letak bangunan Masjid Tuo Kayu Jao yang berada di lembah dan dikelilinge oleh perbukitan yang menghijau, menjadikanya terlihat teduh, sejuk, dan tentunya pas banget untuk tempat beribadah maupun sekedar istirahat di siang hari.
Mahasiswa Kkn mengunjungi Masjid Tuo Kayu Jao |
Lokasi Masjid Tuo Kayu Jao
Terletak di Dusun Jorong Kayu Jao, Nagari Batang Barus, Kecamatan
Gunung Talang, Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat. 6 km dari kota Solok, dan 40 km dari kota Padang.
Sudah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kota Solok, jadi keseluruhan bangunan sudah mendapat perhatian pemerintah, dan kita sebagai traveler turut serta menjaga kelangsungan situs ini.
Sejarah Masjid Tuo Kayu Jao
Menurut penduduk setempat masjid ini sudah berdiri sejak tahun 1419, sehingga keberadaan masjid Tuo Kayu Jao ini sebagai bukti sejarah penyebaran agama islam di Sumatera Barat khususnya di Solok sudah ada sejak abad ke 16.
Meski dibangun oleh waraga setempat dengan cara bergotong royong, ada pula dua tokoh penting yang memiliki pengaruh besar dalam proses pembangunan masjid ini. Beliau adalah Angku Musaur yang merupakan tokoh ulama dan imam masjid ini, dan Angku Labai yang juga merupakan tokoh ulama dan sebagai bilal di masjid Tuo Kayu Jao.
Selain untuk sarana beribadah fungsi Masjid Tuo Kayu Jao ini dulunya juga digunakan untuk mengadakan musyawarah desa.
Filosofi Bentuk Bangunan Masjid Tuo Kayu Jao
Bentuk bangunan masjid merupakan perpaduan islam dengan budaya minang, terlihat dari bahan atap masjid terbuat dari ijuk yang biasa dipakai untuk atap Rumah Gadang (rumah adat minang).
Yang uniknya adalah bagian mihrab masjid yang dibangun "bagonjong" menjadikan pengaruh budaya minang terlihat jelas pada pembangunan masjid ini. Bangunan masjid ini dibangun tanpa menggunakan paku, jadi penyatuan bangunanya menggunakan pasak saja.
Orang-orang terdahulu diyakini memiliki kekuatan dan ilmu pengetahuan yang tinggi sehingga banyak hasil karya bangunannya memiliki suatu filosofi tertentu dan diyakini orang banyak hingga saat ini.
Masjid Kayu Jao memiliki ciri khas bagian atap tumpang tiga, yang memiliki arti sebagai bentuk perwakilan dari unsur kepemimpinan orang minang yang terdiri dari, ninik mamak, alim ulama, dan cerdik pandai.
Tiang penopang masjid yang berjumlah 27 buah sebagai simbol enam suku yang berada di sekitar masjid, yang masig-masing suku memiliki empat unsur pemerintan dan ditambah dengan tiga unsur agama yaitu khatip, imam, dan bilal.
Jendela masjid yang berjumlah 13 juga memiliki arti sebagai jumlah yang ada dalam rukun salat. Saat akan memasuki masid kamu akan menaiki anak tangga berjumlah lima undakan yang mewakili rukun islam sebagai filosofinya.
Didepan bangunan Masjid Tuo Kayu Jao terdapat bedug atau sering disebut "tabuah" oleh masyarakat setempat. Beratapkan ijuk yang berbentuk "bagonjong" bedug ini masih berfungsi dengan baik hingga sekarang, dan masih digunakan masyrakat setempat sebagai penanda waktu salat.
Yang uniknya adalah bagian mihrab masjid yang dibangun "bagonjong" menjadikan pengaruh budaya minang terlihat jelas pada pembangunan masjid ini. Bangunan masjid ini dibangun tanpa menggunakan paku, jadi penyatuan bangunanya menggunakan pasak saja.
Orang-orang terdahulu diyakini memiliki kekuatan dan ilmu pengetahuan yang tinggi sehingga banyak hasil karya bangunannya memiliki suatu filosofi tertentu dan diyakini orang banyak hingga saat ini.
Masjid Kayu Jao memiliki ciri khas bagian atap tumpang tiga, yang memiliki arti sebagai bentuk perwakilan dari unsur kepemimpinan orang minang yang terdiri dari, ninik mamak, alim ulama, dan cerdik pandai.
Tampak dalam Masjid Tuo Kayu Jao |
Jendela masjid yang berjumlah 13 juga memiliki arti sebagai jumlah yang ada dalam rukun salat. Saat akan memasuki masid kamu akan menaiki anak tangga berjumlah lima undakan yang mewakili rukun islam sebagai filosofinya.
Didepan bangunan Masjid Tuo Kayu Jao terdapat bedug atau sering disebut "tabuah" oleh masyarakat setempat. Beratapkan ijuk yang berbentuk "bagonjong" bedug ini masih berfungsi dengan baik hingga sekarang, dan masih digunakan masyrakat setempat sebagai penanda waktu salat.
Tabuah Tuo, di Masjid Tuo Kayu Jao |
Cukup sekian dulu kunjungan saya ke Masjid Tuo Kayu Jao, semoga dapat menjadi referesi perjalananmu saat mengunjungi Sumatera Barat.
Tidak ada komentar:
Write komentar"Terimakasih sudah membaca blog saya, silahkan tinggalkan kesan"